Memenuhi Panggilan Allah
Haji secara umum
berarti menyengaja untuk menuju Tanah Suci Makkah dalam rangka memenuhi
panggilan Allah swt. Kalimat Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la
syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la
syarika laka yang dikenal dengan istilah talbiyah adalah senandung para
jamaah haji.
Makna dari talbiyah secara umum adalah sebagai berikut :
1. Labbaik Allahumma Labbaik, artinya adalah kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah.
2. Labbaika la syarika laka labbaik, artinya tiada sekutu bagi-Mu dan kami insya Allah memenuhi panggilan-Mu.
3. Inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulka la syarika laka,
artinya sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan
adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.
Apa yang disenandungkan oleh para jamaah haji ini mengandung unsur yang
fundamental dalam ajaran Islam. Janji untuk memenuhi panggilan Allah
-jika keluar dari lubuk hati yang paling dalam- akan memotivasi jamaah
melaksanakan haji dengan sungguh-sungguh, dan berusaha melaksanakan
alfabeta kegiatan haji dengan semaksimal mungkin.
Pernyataan untuk tidak menyekutukan Allah, akan membuat para jamaah
haji berhati-hati dari segala macam praktik yang berbau syirik. Banyak
tempat di tanah haram yang secara sembrono diyakini orang dapat
mendatangkan kebaikan dan menolak musibah, padahal kenyataannya
tidaklah demikian dan tak ada dalil yang menyatakan hal itu. Jika hal
ini tidak diantisipasi dengan komitmen tidak menyekutukan Allah, jamaah
haji bisa kehilangan pahala ibadahnya .
Sedangkan pernyataan bahwa pujian, nikmat dan kerajaan hanya milik
Allah akan menjadikan para jamaah haji sebagai tamu-tamu Allah yang
baik, tidak congkak dan selalu sadar akan kelemahan dirinya yang sangat
memerlukan bimbingan dan pengayoman dari Allah.
Menabur Amal, menuai fitrah
Ibadah haji
merupakan ajang bagi para jamaah untuk menabur benih amal. Banyak
sekali peluang yang bisa dimanfaatkan selama berada di sana,
diantaranya;
1. Melaksanakan shalat berjamaah secara rutin di Masjid Nabawi dan
Masjidil Haram, karena pahalanya sangat besar. Ada sebagian jamaah haji
yang hanya bersemangat melaksanakan shalat berjamaah di masjid nabawi
karena ada hadits tentang fadhilah shalat arbain, tetapi di saat tiba
di Makkah mereka lebih memilih shalat di pondokan daripada berjama’ah
di Masjidil Haram. Pandangan ini adalah keliru, karena shalat di
Masjidil Haram pahalanya lebih banyak daripada shalat di tempat manapun
juga.
2. Melaksanakan ibadah haji dengan persiapan ilmu yang baik. Sebuah
ibadah akan membuahkan hasil dan diterima oleh Allah Swt. jika memenuhi
dua syarat, yaitu; niat yang ikhlas dan mencontoh Rasulullah saw dalam
tatacaranya. Untuk ibadah haji, Rasulullah saw bersabda : “Ambillah
dariku tatacara ibadah haji kalian”. Sejak melakukan ihram untuk haji
di hari tarwiyah, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan pulang lagi
ke Mina untuk melempar jumrah sughra, wustha dan aqabah (kubra), serta
thawaf ifadhah adalah kesempatan besar untuk meraih pahala dan
keampunan dari Allah swt, jika ibadah haji dilandasi dengan ilmu.
Ada sebagian jamaah yang mengabaikan tatacara Rasulullah ini. Pada hari
ke delapan yang seharusnya mabit di Mina ada yang langsung berangkat ke
Arafah. Setelah meninggalkan Arafah kewajiban yang seharusnya adalah
mabit di Muzdalifah. Tetapi dalam praktiknya ada sebagian jamaah yang
hanya mengambil dan mengumpulkan kerikil di Muzdalifah lalu berangkat
dan bermalam di Mina.
3. Banyak berdoa kepada Allah swt untuk kebaikan hidup di dunia dan di
akhirat. Di sela-sela ayat tentang ibadah haji (QS. Al-Baqarah :
197-203), Allah swt mengelompokkan orang yang berangkat haji dalam dua
kategori besar. Kategori itu berdasarkan kecenderungan doa yang mereka
panjatkan kepada Allah. Ada orang yang berangkat haji dengan harapan
agar hartanya semakin berkembang, tetapi kata Allah, kelompok ini
secara pasti tidak akan mendapatkan bagian apa pun di akhirat. Bahkan
bagian mereka di dunia pun belum pasti. (QS. Al-Baqarah: 200) Kelompok
ke dua adalah orang yang berangkat haji untuk mendapatkan kebaikan
hidup dari Allah baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Kelompok ke
dua ini Insya Allah akan mendapatkan bagian dari apa yang mereka
usahakan. (QS. Al-Baqarah: 201) Diantara tempat paling penting untuk
berdoa adalah saat berada di Arafah.
Apa Setelah Haji ?
Besarnya jumlah jamaah
haji setiap tahunnya merupakan aset yang sangat potensial bagi kemajuan
umat Islam di Indonesia. Tapi berapa pun jumlah jamaah haji,
pengaruhnya tidak akan efektif bagi perkembangan dan kemajuan umat jika
tidak disertai pembinaan yang baik dan sempurna bagi mereka khususnya
dari pemerintah -dalam hal ini Departemen Agama- dan biro-biro
perjalanan haji. Para jamaah harus memiliki wawasan Islam yang cukup
untuk membangkitkan semangat mereka dalam melakukan dakwah di
masyarakatnya yang diikuti dan diteladani setelah pulang dari
melaksanakan ibadah haji.
Kesucian fitrah yang diraih oleh jamaah haji tidak akan bertahan lama
manakala tiba ke daerahnya dia kembali harus mengarungi kehidupan di
tengah suasana yang tidak mendukung kesucian fitrah. Selama berada di
tanah suci para jamaah telah merasakan keindahan shalat berjamaah,
kedamaian suasana ibadah, dan keteduhan jiwa mendengarkan lantunan
pesan ilahi. Para jamaah juga menyaksikan kebersihan lingkungan dari
pornografi dan tempat-tempat maksiat. Pasar-pasar dihiasi dengan
lantunan Al-Qur'an. Para jamaah pasti menikmati suasana tersebut.
Pertanyaan yang perlu direalisasikan bersama adalah; bagaimana upaya
kita memindahkan suasana kedamaian dan keteduhan tanah suci itu ke
negeri tercinta yang sedang galau ditimpa oleh berbagi macam masalah
ini ?
(Harjani Hefni - Tafakkur Edisi 174)
No comments:
Post a Comment